Sahabat, kalau kondisi menyebabkan seorang ibu harus bekerja (di ruang publik) bukan berarti itu pilihan ‘minus’ dibanding hanya berkarier di rumah tangga bukan? Tak elok rasanya membenturkan antara ibu bekerja dan Ibu Rumah Tangga (saja) karena keduanya adalah pilihan individu yang pastinya sudah dipertimbangkan.
Pun Karena tak selamanya situasi dan kondisi masing-masing keluarga kata istilah ekonomi ceteris paribus (seimbang, tetap, tanpa ada masalah yang mempengaruhi). Kembali lagi semua bergantung niat.
Seperti halnya ibu bekerja lainnya, saya pun memiliki alasan tertentu yang menyebabkan memutuskan diri tetap bekerja sebagai abdi negara. Bekerja full time dari Bogor ke Jakarta, berangkat jam 6 pagi hingga sampai rumah jam 6 sore. From six to six istilahnya. Awalnya sangat berat apalagi harus dihadapkan pada alasan umumnya ibu bekerja yakni meninggalkan anak.
Tapi lambat laun saya berpikir hidup tak akan pernah nyaman kalau kita selalu khawatir dan merasa ‘bersalah’, bukankah ada Allah Sang Khalik yang amat sangat tahu siapa diri kita?. Jadi modal utama buat para ibu bekerja adalah keyakinan diri. “serahkan semua urusan dan niat kepada Allah SWT semata, biarlah Dia yang mengatur segalanya.”
Nah, buat sahabat ummi yang memutuskan diri sebagai Ibu bekerja barangkali tulisan ini bermanfaat. Bukan berarti saya sudah merasa sukses lho…Masih jauh rasanya. Saya pun masih belajar menata diri dan mewujudkan apa yang diharapkan bersama; sukses bekerja dan sukses dalam keluarga.
Apa itu sukses sahabat ?, Mmm.. sukses yang saya maksud di sini sangat relatif ya antar keluarga. Tergantung kitanya lho yang mendefinisikan masing-masing. Tergantung karakter keinginan keluarga tersebut. Sukses menurut versi saya barangkali terlalu biasa bagi keluarga lain jadi ukurlah kesuksesan menurut kadar masing-masing.
Tapi yang pasti standar minimal sukses sebuah keluarga insya Allah sama; suami istri hidup rukun saling mencintai dan anak-anak bisa tumbuh dan berkembang dengan baik dalam kehangatan keluarga. Indikator paling mudah misalnya komunikasi dengan suami dan anak berjalan lancar. pergaulan anak terjaga, semua betah di rumah dan sebagainya.
Manajemen. Sebuah kata sarat makna yang harus dipegang oleh Ibu bekerja. Kenapa?. Yup karena waktu di rumah tentu saja lebih sedikit. Saya sendiri punya komposisi waktu fifty fifty. 12 jam di luar, 12 jam di rumah selama 5 hari. 12 jam di luar dengan rincian 4 jam di jalan PP dan 8 jam di kantor. Bayangkan 4 jam di jalan pasti memusingkan, tapi begitulah resiko pekerjaan. Lain waktu saya akan ceritakan bagaimana menyiasati 4 jam itu agar berdaya guna.
Istilah manajemen mengarah pada pengertian memberdayakan semua potensi dan sumber daya yang ada dalam rangka mencapai tujuan yang dinginkan. Prinsip yang dipakai biasanya efektif dan efesien. Dalam manajemen ada fungsi merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan mengontrol. Pastinya seorang Ibu bekerja harus teliti merencanakan sesuatu. Ya harus benar-benar direncanakan segala hal dengan baik saat di rumah.
Rencanakan apa yg jadi tujuan atau target keluarga kita dalam 1 tahun, 1 bulan bahkan dalam 1 hari. Satu keluarga dengan yang lain pasti beda targetnya. Sesuai dengan kemampuan saja. Misal kita ingin di tahun 2015 anak-anak sesuai program sekolah harus hafal Al Quran juz 29.
Ayo kita catat jadi bagian program ibu untuk anak di rumah. Ikut menemani mengatur jadwal menghafal dan murajaah (mengulang) berarti ikut mengorganisasikan kegiatan anak di rumah. Bahkan target harian pun kalau bisa direncanakan dengan baik misalnya yang kelihatannya sepele menyusun menu sehat apa hari ini yg bisa dihidangkan.
Biarpun mungkin yang masak si Bibi, untuk soal menu kalo bisa tetap dipegang oleh ibu. Tak terkecuali kegiatan mengontrol. Lebih pada pengawasan keluarga. Apakah sudah dipastikan bahwa anak-anak sehat? Nggak ada masalah?, happy di sekolah, tidak berantem dengan teman-temannya?.
Nah Sahabat , untuk menjalankan pengelolaan keluarga di rumah kita perlu tahu kunci-kuncinya. Ada banyak kunci kesuksesan dalam menghidupkan sebuah keluarga. Beberapa kiat berikut mudah-mudahan bisa menjadi pegangan.
1. Banyak berdoa dan bertawakal
Kenapa berdoa yang utama? Karena yang pasti urusan kita berada dalam genggamanNya. Anak-anak yang jauh di mata, suami yang kita nggak tahu sedang sibuk apa, akan terasa dekat dengan cara mendoakannya. Sebut nama-nama mereka dengan kehangatan doa baik zikir di perjalanan maupun selepas sholat. Semoga kiranya Allah senantiasa menjaga mereka, karena sesungguhnya kita tak akan pernah mampu menjaganya secara utuh. Jangan lupa juga memohon agar mereka dibimbing jiwanya baik di sekolah, di rumah atau di mana saja agar hatinya lembut, perilakunya manis dan mudah diatur dan diajak dalam kebaikan.
2. Senantiasa bersemangat dan berenergi saat di rumah
Inilah beratnya jadi ibu bekerja. Harus selalu kelihatan semangat. Ada yang berpikir jadi Ibu bekerja maunya enak-enak saja mentang-mentang di rumah ada pembantu, nggak pedulian merasa telah berjasa sebagai sumber devisa, atau nyantai dengan dalih sudah lelah membanting tulang. Oooo enggaklah. Nggak akan bisa seperti itu juga. Karena bagaimanapun Ibu bekerja selamanya tetap sebagai Ibu rumah tangga jika di rumah. Tetaplah bersemagat meski lelah mendera karena dengan semangat akan mengalahkan semua. Anak-anak tak pernah mau tahu ibunya capek, yang ia tahu sosok yang ditungguinya sudah tiba untuk bermain bersama, ngobrol atau menemani menggambar. Begitulah, jadi 2 jam pertama setelah sholat isya, rutinitas saya adalah menemani si bungsu menggambar, mengecek pelajaran si sulung bahkan ikut membuatkan soal untuk menguji pemahamannya dalam belajar. Misalnya karena saya mantan guru matematika maka biasanya jika ada pelajaran matematika saya tes tingkat kepahamannya dengan membuat soal sendiri dan sedikit modifikasi melebihi yg diajarkan gurunya. Jika pelajaran sejarahpun saya menjelaskan tema itu mulai dari hulu hingga hilir, agar ia paham makna belajar sejarah bukan sekedar menghafal tahun dan tempat. Itu dalam hal belajar. Hal lain termasuk meluangkan waktu untuk memasak makanan kesukaan mereka. Prinsip saya kalau tak bisa berkali-kali ya sesekali. Saya sendiri tengah mencoba program mencoba resep masakan seminggu 2 kali yakni Selasa dan Jumat dari jam 21.00-23.00. Mencoba sampai mendapatkan hasil yang ‘layak’ sebelum berpindah ke resep lain he..he..Inovasi tiada henti pokoknya mah.
3. Mensiasati waktu berdua suami
Ehm…kalo ini ngga usah panjang lebar deh udah TST masing-masing. Tapi sebenarnya sih betapa banyak para istri itu ingin ngobrol berdua dalam rangka diskusi, mungkin barang 1 jam di saat anak pada tidur sebagai bahan refleksi atau sambil makan bareng sambil nonton TV. Saya banyak tahu informasi warga di sekitar rumah justru dari obrolan dengan suami sebagai petugas aparat kelurahan (ketua RW). Dari situ saya banyak memahami pandangan dan karakter pemikiran suami. Ya jangan sampai memang berduaannya pasutri hanya karena memenuhi hak dan kewajiban saja he..he. Ini urgen loh terutama dalam menyamakan visi misi keluarga.
4. Gunakan waktu libur benar-benar fokus bersama keluarga.
Jika ibu bekerja punya 2 waktu libur, ambil salah satu utk benar-benar fokus bersama keluarga. Bisa bikin prgram barengan, mau jalan-jalan, berkebun, ke toko buku, memancing atau apalah. Nah satu harinya gunakan utk bersosiailisasi d masyarakat bisa ikut pengajian, majelis ta’lim, aktif di posyandu atau PKK dan jangan lupa libatkan anak untuk ikut bersama jika memungkinkan. Jadi mereka pun bisa tetap merasakan kebersamaan dengan ibunya. Bergaul di msyarakat itu penting, karena kita tak mungkin hidup sendirian dan asing dengan tetangga. Meski bekerja, sesekali pergilah ke warung sendiri ngobrol dengan penjualnya atau sekedar menyapa tetangga sebentar.
5. Jaga kesehatan diri dan keluarga
Yang suka bikin ibu bekerja galau adalah jika anak-anak sakit. Merasa bersalah, merasa diri kurang memperhatikan. Karenanya para moms kudu lebih aware soal tindakan preventif dibanding kuratif. Misalnya memperhatikan vitamin anak, mengingatkan istirahat, mengenal dengan baik badan anak apakah suka alergi, gampang batuk jika makan sesuatu. Komunikasikan bersama Asisten RT di rumah dengan baik, ini yang dimaksud memberdayakan SDM yang ada. Dan buat ibu sendiri juga tak kalah peduli. Salah satu kelemahan Ibu bekerja adalah nggak punya waktu cukup buat olahraga. Lagi-lagi soal niat sih. Saya pikir seminggu sekali berolah raga sekedar jalan keliling lapangan masih lebih baik daripada nggak sama sekali. Jika tak bisa juga ya bisa disiasati misal jalan kaki dari kantor ke stasiun atau ke terminal, sesekali naik tangga nggak harus pake lift. Atau pas jam istirahat habis sholat gerak-gerak sebentar ke luar kantor. Ya enaknya sih jika di kantor menyediakan fasilitas olahraga minimal seminggu sekali.
6. Memperbanyak sabar dan nggak gampang marah
Sebenarnya sabar harus dimiliki siapa saja sahabat ummi, cuman buat ibu bekerja kadang-kadang ada saja yang belum bisa menghilangkan stress akibat bekerja. Kuncinya jangan bawa-bawa masalah kantor ke area keluarga. Ya setiap kebutuhan dan urusan memiliki waktu masing-masing maka stop memikirkan pekerjaan begitu kaki kita membuka pintu rumah. Kita akan memasuki area milik keluarga bersama. Milik kita berkumpul dan bercanda dengan suami dan anak tercinta. Itulah salah satu fungsi rumah sebagai as-sakan, yakni “tempat yang menenangkan dan menentramkan anggota keluarga”.
Jika jiwa tentram maka emosi dan marah pun gampang diredam. Insya Allah.
Oke, mudah-mudahan sebagai Ibu meski bekerja kita tetap mampu ya menjalankan fungsi utama kita dalam keluarga. Menjadikan kondisi bekerja sebagai tantangan dan bukan hambatan akan lebih mendorong kita untuk kreatif mensiasati keadaan. Mudah-mudahan.
Profil Penulis:
Sih Wikaningtyas, kadang disapa Wikan, sehari-hari adalah PNS di Kementerian Agama RI. Suka menulis sejak kuliah dalam rangka bersyukur, menyemangati hidup dan menumbuhkan rasa menghargai diri. Pernah aktif di FLP Bogor sejak 2001-2007. Selain sebagai kontributor website Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama RI juga memiliki aktivitas sebagai Ketua penggerak PKK RW di Kota Bogor. Ibu 2 anak yang tengah belajar menyenangi literasi bertema matematika, sejarah, dan Islamic Education ini berharap selalu bisa menulis untuk kehidupan.
Sumber : http://www.ummi-online.com/tips-agar-ibu-bekerja-tetap-sukses-dalam-rumah-tangga.html
+ There are no comments
Add yours